Antara Budaya, Globalisme dan Eksistensi Manusia

Posted: Wednesday, December 15, 2010 by absolutena in Labels:
0

sedang, berada di sebuah LPM (berisik bangetdeh)
hujan di luar sangat menghangatkan (lah?)

jadi begini, semalem saya mengetik via hendpon nggataunya... kalimat yang sudah saya ketik selama 45 menit mungkin ee... malah ilang kabeh,,cuma separo nya doang... bikin ngilu

kemaren malem saya menghadiri acara GFT (Gebyar Festifal Tari) bareng 3 teman saya, nah..
jadi pengen bahas soal budaya, globalisme, dan eksistensi manusia,

Budaya merupakan produk asli dari pemikiran manusia, meskipun budaya merupakan hasil dari pemikiran manusia, tetapi manusia tidak pernah luput dari pengaruh budayanya sendiri. Pembentukan budaya sangat di pengaruhi oleh latar belakang dimana manusia itu tinggal, baik dari dimensi ruang maupun dimensi waktu. Hasil dari kebudayaan menggambarkan eksistensi manusia itu sendiri. Banyak pemaknaan mengenai kata ”eksistensi” dan makna paling mudah adalah keberadaan manusia itu sendiri bebas dari apapun.

Pada hakikatnya manusia berusaha mengeksiskan dirinya di dunia ini dengan kemampuannya dan dimensinya masing-masing. Eksistensi tidak berarti lepas dari keberadaan komunitas atau masyarakat sekitar manusia. Kadang, komunitaslah yang membuat manusia eksis dengan dirinya. Hal ini secara tidak langsung termasuk dimensi ruang dan waktu dimana manusia itu berada. Jadi secara singkat digambarkan bahwa manusia memiliki eksistensinya sendiri didalam suatu komunitas dan tanpa sadar terikat oleh dimensi ruang dan waktu dan dari eksistensi manusia tersebut terciptalah kebudayaan.

Kebudayaan pada hakikatnya terus terikat oleh dimensi ruang dan waktu. Hanya saja dewasa ini, terjadi fenomena yang sangat besar yang disebabkan oleh terkikisnya dimensi ruang dan waktu. Dengan kata lain manusia pada masa ini bisa menembus batas dari ruang dan waktu dan hal ini disebut dengan globalisme dimana ruang dan waktu sudah tidak menjadi penghalang manusia dalam berhubungan dengan manusia dari belahan dunia manapun.

Dimulai dengan bergesernya kebudayaan sampai perubahan gaya hidup manusia sebagai media aktualisasi diri. Indonesia sebagai sebuah ”komunitas” manusia tidak luput dari fenomena kebudayaan. Globalisasi merambah segala aspek kehidupan manusia di Indonesia termasuk cara manusia indonesia mengaktualisasikan diri demi menunjukan eksistensinya. Pergeseran ini terutama merambah dalam gaya hidup genarasi muda Indonesia dimana kebudayaan yang diterapkan dalam hidup generasi muda Indonesia tidak mengacu pada kebudayaan Indonesia melainkan cenderung menerapkan gaya hidup yang lebih global. Hal ini bukanlah sebuah kesalahan karena pada hakikatnya, gaya hidup yang cenderung diterapkan oleh paragenerasi muda ini merupakan cara mereka membuktikan eksistensinya sebagai manusia. Dan ini menjadi sebuah masalah ketika menunjukan eksistensi diri sendiri menggunakan identitas orang lain.

Eksistensi sebenarnya merupakan hak asasi manusia, atau lebih tepatnya sebagai hak bawaan.

Jadi boleh dikatakan bahwa kebudayaan yang bersifat lokal merupakan bagian dari eksistensi manusianya itu sendiri. Jadi, walaupun globalisasi budaya dan gaya hidup bukan merupakan sebuah kesalahan akan tetapi sebuah kecondongan kepada kekeliruan dalam mengartikan aktualisasi diri untuk menunjukan eksistensi manusia karena hakikat manusia dapat menunjukan eksistensinya dengan mengenakan identitasnya sendiri yaitu kebudayaan lokal dimana ia terikat olehnya sebagai bagian dari dirinya.

Bagaimanapun juga, selama anggapan kebudayaan lokal Indonesia = ketinggalan jaman berarti, eksistensi manusia indonesia sudah ketinggalan jaman

0 comments: