PLANTS VS ZOMBIE
Posted: Friday, December 17, 2010 by absolutena injadi inget game ini, gimana caranya nyerang si zombie ngga ngrusak lahan kita,apalagi sampe masuk rumah kita..
world so wide, I want to see it :)
jadi inget game ini, gimana caranya nyerang si zombie ngga ngrusak lahan kita,apalagi sampe masuk rumah kita..
people come and go.
Hari ke-1: rumah saya tercinta, pagi-pagi buta ketika harus melewati ‘bukit bintang’ bukit Pathuk yang berkelok-kelok dan penuh cahaya lampu dibawahnya. Rumah yang penuh dengan kehangatan, makanan enak buatan ibu saya dan percakapan yang penuh isi yang kadang rumit, ketika berbincang dengan ayah saya.
komen dari temen gw disini
Kebiasaan yang berubah jadi cinta bukan sebuah hal yang mudah untuk diubah.
saya tahu betul bagaimana rasanya dicintai. rasanya agak berbeda dengan mencintai. makanya, setiap orang butuh keduanya untuk melengkapi esensi cinta, dan bisa memaknai kata sakti tanpa definisi yang jelas itu. saya berasumsi bahwa mencintai dan dicintai dalam tulisan ini adalah dua rasa yang tulus, sejati dan tanpa pamrih. jadi, bagi mereka yang sedang bercinta dengan pamrih dan sedang tidak tulus, tolong jangan membaca dan membandingkan tulisan ini dari sisi Anda.
aneh rasanya, ketika mengetahui bahwa cinta selalu butuh dua kubu. kalo engga muncul dari kedua belah pihak, cinta disebut bertepuk sebelah tangan. ada juga yang saling mencintai, namun dengan kadar atau kedalaman yang berbeda. kubu yang satu punya cinta yang besar melebihi kubu lainnya, atau justeru yang satunya engga merasakan cinta sedalam pasangannya. tapi, apakah itu jadi masalah?
From Astronautsboys‘ blog :
Early this month, Israel attacked an aid ship-Flotilla that was carrying tons of aid for Gaza. The raid killed several innocent volunteers and it has been really heartbreaking for me and surely for everyone else around the globe.
Stereoflow and I thought that we wanted to share our sympathy and pray for peace in the middle-east and the rest of the world to stop all this war!
Aku merindukan rak2 dengan tumpukan buku di sudut kamar gelapku,
Aku merindukan coretan, dan karya-karya terbaikku di dinding kuning yang bercampur dengan cat hijau sekarang.
Aku merindukan pemandangan kosong di langit-langit kamarku. Putih. Dan cahaya terang
Sebuah almari kayu tua, karpet abu-abu, keranjang sampah biru
Aku merindukan selimut tebal berwarna merah itu, kasur empukku.
Aku merindukan ketenangan, kedamaian, dan kesejukan ketika aku berada disana.
Merindukan ketika aku membuka-tutup laci kecil, mengambil penjepit kertas disela-sela sibukku.
... dan dunia berjalan kebelakang makin jauh, sedangkan gw... berjalan kedepan makin dekat. Semakin kesini, gw semakin memiliki begitu banyak masalah, rasa-rasanya isi kepala dan isi hati gw seperti di mix dan tertahan di tenggorokan.
Yea,,somewhere only I know
“well, when I get it the only thing that does any good is to jump in a cab and go to Tiffany’s. Calm me down right away. The quitness and the proud look of it; nothing very bad could happen to you there. .......” (Holly Golightly dalam film Breakfast at Tiffany’s)
Jadi teringat Audrey Hepbum keluar dari taksi di depan toko perhiasan Tiffany’s. Pagi buta, sambil melahap roti bagel-nya... memandangi etalase dengan muka sedih dan terdiam untuk beberapa saat.
Dan... gw sedang berada dalam keadaan seperti itu mungkin, ato kalian... juga pernah mengalami hal yang serupa? Bisa jadi karna gejala pra mens yang bikin super sensi ato pasangan yang bikin jealous setengah mati. Hufthh... Apapun penyebabnya kalo bad mood sedang menguasai pikiran dan perasaan, sebagian orang memilih pergi ke tempat pelariannya masing-masing. Termasuk gw sendiri. Kayak lagunya Keane “why don’t we go to somewhere only we know?”huhmm...
Pelarian.. emm gw pribadi yang memilih menyibukkan diri dengan teman-teman biar stress gw berkurang dan tidak mengendap terlalu lama di tubuh gw yang kurus ini. Kasian tubuh gw udah kurus, banyak masalah lagi, aww... TIDAK! makan ice cream, coklat, buru2 ke fastfood... nyari makanan paling murah meskipun sendirian kayak orang ilang. Gw juga punya tempat pelarian alternatif “bertahan dikamar gw, berharap mendapat pelukan sehangat pelukan ibu tanpa banyak bertanya” (yang meskipun ujung-ujungnya nulis, gambar, trus nangis ngabisin satu kotak tissue 260 sheets). Tapi ada juga temen gw yang memilih keperpus ato toko buku membenamkan dirinya diantara timbunan buku-buku yang membuatnya merasa tenang katanya. Busett daah... Ada lagi yang memilih muter-muter ngga jelas tanpa tujuan dan berakhir di suatu tempat yang belum pernah ia kunjungi. Sebagian memilih zona nyaman dan sebagian lagi memilih keluar dari zona nyamannya. Hhemm dan gw sendiri sepertinya... malah melakukan tindakan yang ngga gw harapkan. Little mur2,,apapun pilihan kita,, toh sama tujuannya “menghapuskan perasaan muram.”
Gw jadi inget, gw bad mood parah pada saat itu.. sahabat gw ngajakin jalan ke perpus. Emm tidak terlalu jauh,, dan cuaca cukup menyengat pada saat itu. Gw ngga tau kenapa mood gw yang tadinya ngga beres ditengah-tengah perjalanan tuuhc ke-ngga beresan mood gw berakhir. Hhahah... gw sendiri juga bingung,,proses jalan kakinya, suasananya yang panas ngga ketulungan, ato orang yang sedang berjalan disebelah gw yang bikin gw nyaman. iseng.... gw bikin filosofi kalo “berjalan kaki tuu ternyata menyimpan kekuatan baru untuk menghilangkan rasa sedih.” Semoga rasa sedihnya bisa ditinggalkan di setiap jejak yang gw tinggalkan. Hhahah.... di tamba lagi ada sahabat gw di sebelah gw. Like him... always walk wherever he wants (pantes ajja jarang sedih).
Walaupun kesedihan tidak secara langsung hilang, namun setidaknya... kita dapat keluar dari rutinitas dan pergi ke pelarian tuu bisa memberikan sedikit penghiburan hloh.. Apalagi kalo orang-orang disekitar kita ngga bisa diharapkan untuk menghibur, ato kita sedang tidak ingin dihibur, mungkin cara ini bisa digunakan. Bukan menghindar dari masalah kok.. hanya menenangkan diri saja. Dan masalah apalagi yang akan terjadi pada diri gw.... hoh wahai masalah.. gw punya akal dan pikiran yang bakal menepiskanmuu....
“que sera-sera... whatever will be will be...”