K[O]NTEMPLASI

Posted: Tuesday, July 6, 2010 by absolutena in Labels: , ,
1

Kebiasaan yang berubah jadi cinta bukan sebuah hal yang mudah untuk diubah.

Ketika saya berpikir bahwa saya menyayangi dan mencintai seseorang di masa lalu atau mungkin (masa sekarang)?.

Saya merasa sangat yakin bahwa itu benar adalah rasa sayang yang timbul akibat terbiasa bersamanya..
Terbiasa menjadi langkah awal yang menyesatkan saya (sampe sekarang?).
Saya tersesat dalam setiap kebiasaan yang kerap saya lakukan bersamanya.
Menghabiskan waktu bersama dengan aktivitas yang kerap statis.

Secara bias memaknai biasa dengan sayang.

Saya sadar saya engga bener-bener sayang (mungkin) ketika saya ngga perna merasa kehilangan dia ketika dia tidak berada di sebelah saya.
Yang saya rasakan hanyalah sebentuk kejanggalan (atau kerinduan?).

Seperti burung, kedua sayap mereka masih utuh.

Sayap mereka hanya terlalu kelu untuk beterbangan kesana-kemari akibat terbiasa bertopang kepada burung yang lain untuk sekedar terbang ke dahan pohon sebelah.


Lalu,, apa bedanya rasa sayang dan sebuah kebiasaan?
Keduanya sama, atau malah pembeda yang justru bisa “
membunuh” setiap langkah pergerakan saya?

Seperti orang kidal (sahabat saya).
Kidal merupakan sebuah kebiasaan.
Kebiasaan permanen, malah.
Bukan berarti si kidal nggak bisa hidup jika tangan kirinya dipotong.
Dia bisa dan akan tetap bisa hidup dengan baik.

Meskipun ngga gampang mengubah sebuah kebiasaannya itu (seperti orang yang tidak kidal berucap dengan orang yang kidal tentang kebiasaan itu). tapi, kebiasaan tetap aja kebiasaan!

Beda dengan rasa sayang, yang memang mungkin muncul karena kebiasaan.

Sayang bisa muncul darimana saja. Terbiasa. Kebersamaan yang frekuentif. Nggak sengaja. Banyak persamaan atau malah karena saking banyaknya perbedaan.
Dari apa saja. Dari segala arah, dengan atau tanpa sebab. Seperti sebuah aliran air dari sungai sampai ujung2nya ke laut lepas juga.

...dan akhirnya saya benci menjadi terbiasa.
Perasaan ini menjadi candu ketika saya menjadi parasit terhadap seseorang atau sesuatu.

Saya lebih suka mencintai sesuatu atau seseorang ketimbang harus menjadi lumpuh apabila sesuatu atau seseorang itu tidak sedang berada di sekitar saya, sebelah saya.
Terbiasa adalah sebuah siklus kebintangan seorang artis (mungkin).
Suatu masa terkenal, suatu masa dibuang karena kalah pamor artis lain, terbiasa merupakan obsesi.
Sifatnya begitu posesif. Itulah kebiasaan.
Kadang (menjadi) perlu sebuah pengakuan dari orang lain untuk menyatakan hal tersebut.
Makannya
saya benci menjadi biasa.
Saya jadi butuh orang lain untuk mengakui dan menyatakan keberadaan saya
. Padahal sesungguhnya saya nggak butuh itu.

Saya butuh rasa mencintai, dan dicintai, dengan tulus. Tanpa harus dinyatakan dengan kebersamaan. Tanpa harus merasakan kebiasaan bersama dia yang saya suka.
Tanpa saya harus terikat dengan sesuatu, dan menjadi gila bila dia atau sesuatu itu nggak ada.
shit! karna sayang bisa saja nggak berbalas.
Kontras dengan kebiasaan yang membuat saya
tergantung kepada yang dibiasakan itu. Sayang dan cinta tidak pernah membuat saya tergantung.

..sepertinya keduanya nggak se-RUWET yang gw fikir:

sayang
menurut saya : meskipun dia pergi ato (ternyata) bukan milik kita rasa itu tetap ada

kebiasaan menurut saya : hanya rutinitas,, disaat muncul rutinitas baru .. rutinitas lama menjadi terlupakan. :(


dan ketika saya mencari-cari dan sibuk memilih antara
cinta dan kebiasaan,
jauh di dalam hati ...saya tau bahwa "cinta ngga pernah memaksa."

1 comments:

  1. Anonymous says:

    mMm....
    jaDii saDaAar...
    maA apAa yang taG rasaiiN sLma iNii....